Jumat, 19 November 2010

ini lah pengorbanan yang dihadapi idola kpop sebelum debut !!


Gemerlap kehidupan para personel grup idola tidak didapat hanya dalam semalam. Kebanyakan dari mereka menempuh perjuangan berat sebelum akhirnya debut dan dielu-elukan fans. Perjuangan itu antara lain latihan bertahun-tahun yang melelahkan di tengah jaminan debut yang tak kunjung datang, belum lagi berkurangnya waktu tidur dan terganjal skandal memalukan serta kontrak eksklusif yang mengurangi kebebasan. Apa semua itu setimpal dengan yang didapatkannya?


Pada suatu hari yang dingin akhir Januari lalu, sekelompok remaja berkumpul di depan sebuah bangunan di Cheongdam-dong, Seoul selatan. Mereka sepertinya menunggu seseorang, atau sesuatu. Beberapa saat kemudian, seorang pemuda mengenakan make up dan berkostum chic serta dikelilingi sejumlah pengawal pribadi muncul di pintu masuk, dan remaja yang didominasi gadis muda itu mulai bersorak.
Mereka sedang menunggu untuk sekedar melihat atau mungkin berkesempatan berbicara dengan personel boyband Beast. Ini sudah menjadi pemandangan biasa di lingkungan tempat latihan dan asrama grup-grup idola Kpop. “Ada banyak sekali gadis muda yang datang setiap hari dan menunggu untuk sekedar melihat para personel idola,” kata Park Yong Bong, manajer boyband.
Kata ‘idola’ awalnya memiliki arti obyek pemujaan yang tak berjiwa, tapi arti kata itu kemudian berevolusi yang merujuk pada selebritis moderen. Di blantika musik Kpop, grup idola adalah band-band yang terdiri dari remaja cowok atau cewek muda. Dalam beberapa tahun belakangan ini, kehadiran mereka mendominasi industri musik Kpop. Tapi seorang bintang itu tidak seketika ada dalam waktu sehari. Demi menjadi personel salah satu girlband atau boyband, seorang remaja muda harus menjalani training melelahkan selama bertahun-tahun, itupun tanpa jaminan sukses pada akhirnya.
Wonder Girls, salah satu girlband menjadi musisi Korea pertama yang berhasil menembus tangga lagu Billboard Hot 100 singles di AS, sayangnya mereka harus kehilangan seorang personel ketika Sun Mi memutuskan meninggalkan band untuk fokus pada studi. Gadis berusia 19 tahun itu memutuskan untuk keluar dari grup ketika mereka akan melakukan tur konser di AS.
“Merupakan sebuah pengalaman yang menyenangkan dan berharga bagiku menjadi bagian dari tur konser 50 kota di AS dan tampil di atas panggung, tapi saya kemudian bertanya, apa saya bisa melanjutkan hidup seperti ini?” kata Sun Mi seprti yang dirilis JYP Entertainment, agensi Wonder Girls.
Keputusan Sun Mi ini tidak hanya mengejutkan banyak fans Wonder Girls, tapi juga memicu kontroversi mengenai tekanan yang diderita para idola tersebut baik yang masih menjadi seorang debutan demi impiannya menjadi bintang idola ataupun yang sudah, untuk menjalani suatu jadwal yang dikatakan oleh beberapa orang terlalu keras untuk dijalani seorang remaja.
Agensi hiburan di Korea melakukan pencarian untuk menciptakan para idola yang juga dimanajemen oleh mereka. Agensi-agensi tersebut menuntut para murid trainingnya menjalani program latihan yang tersusun dengan baik. Para murid berbakat baik di bidang musik atau akting mendaftar di sebuah agensi, menjalani pelatihan selama 4 sampai 5 tahun sebelum debut jika mereka lolos kasting dan diterima. Selama menjalani proses tersebut, agensi mengharuskan si calon bintang untuk hidup dalam sebuah asrama bersama sesama peserta latihan, melakukan diet yang ketat dengan pemeriksaan berat yang dilakukan secara reguler dan berlatih setidaknya 10 jam lebih dalam sehari.
Jaminan Debut Tidak Pasti 


Kenyataannya, pelatihan semacam ini menyebabkan sejumlah skandal selama beberapa tahun ini. Tahun lalu, aktris Jang Ja Yeon bunuh diri setelah dipaksa “melayani” tamu penting atas perintah manajernya. Kasus bunuh diri itu mendorong Fair Trade Comission melakukan sebuah penyelidikan pada bulan Juli tahun lalu menemukan fakta sebagian besar kontrak hiburan, termasuk kontrak untuk grup idola, melanggar privasi para pelaku di dunia hiburan serta membatasi kesempatan mereka untuk berganti agensi.
Salah satu skandal paling terkenal adalah perseteruan personel TVXQ, salah satu grup idola terpopuler Korea yang terkenal di seluruh Asia, dengan agensi manajemen mereka, pada Juli tahun lalu. Tiga dari 5 personel TVXQ yaitu Xiah Junsu, Micky Yoochun dan Hero Jaejoong, menuntut SM Entertainment dan mengklaim kontrak eksklusif selama 13 tahun yang dijalani mereka sama seperti kesepakatan seumur hidup dan dinilai tidak fair. Grup tersebut hampir bubar karena 2 personel lainnya memilih untuk tetap berada di pihak agensi, dan hingga kini masalah tersebut masih mencapai final.

Harus Bermental Baja & Tak Mudah Putus Asa

Di lain pihak, beberapa personel grup idola melihat keunggulan dari latihan yang mereka jalani. Betapa pun kerasnya latihan yang mereka jalani, para anggota Beast mengatakan hal itu sah-sah saja bagi karena mereka berkeinginan kuat menjadi penyanyi. Apa yang membuat masa-masa itu menjadi sulit adalah tekanan psikologis serta masa muda yang terenggut, bukan dari latihan intensif itu sendiri.
Personel Beast, Yon Jun Hyung (21) menganggap hidup menjadi murid training sebagai ‘sebuah adiktif yang menyakitkan.’
“Kamu tak bisa keluar karena kamu begitu mencintai dan adiktif dengannya, kamu sadar tak ada jalan untuk kembali begitu melewati garis,” kata Jun Hyung. “Biayanya terlalu tinggi (jika kamu menyerah di tengah jalan) karena disana akan ada banyak sekali hal yang kamu tinggalkan untuk melakukan ini (menjalani training). Contohnya, kehidupan sekolahmu yang normal dan waktu berkualitas yang bisa dihabiskan dengan keluarga serta teman-teman yang kamu cintai,” jelasnya.
Jun Hyung mengakhiri penjelasannya dengan sebuah peringatan. “Saya menyarankan siapa pun yang berencana melakukan hal ini untuk mempertimbangkan apakah mereka benar-benar menginginkannya karena jika kamu tidak serius, akan sulit bagimu untuk bertahan sebagai seorang mrid training.”
Salah satu rekannya di Beast, Lee Gi Kwang menambahkan,”Saya melihat beberapa teman yang memasuki dunia ini, tergiur oleh kemewahan dan kegembiraan yang dinikmati para selebritis tanpa benar-benar mengetahui akan seperti apa hidup mereka nanti, dan akhirnya berlalu dengan sakit hati.”
“Saat melihat teman-teman training debut lebih dulu dari kita, hal itu juga bisa membuat sakit hati. Jadi kita harus memiliki mental kuat ketika memasuki dunia ini,” tambahnya.
Jika waktu debut profesional yang lama dinanti-nantikan itu tiba, memang akan membawa kebanggaan prestasi yang dicapai seseorang, lebih banyak uang dan jika beruntung, fans yang selalu mendukung. Namun itu tidak berarti akhir dari jadwal padat yang ditentukan pihak agensi atau kompetisi ketat.

Kurang Tidur

Menurut Cube Entertainment, dalam masa promo Beast bisa tampil di sejumlah program musik televisi sekitar 3 kali seminggu selain muncul di program-program radio, wawancara dengan media lokal dan aktivitas individu, seperti Gi Kwang yang ikut main di di sitkom TV populer High Kick To The Roof. Di sela-sela kesibukan mereka, para personel juga masih berlatih tiap harinya, baiki itu latihan vokal dan menari.
“Tidak ada rutinitas harian bagi kami. Kami bangun pagi kalau ada aktivitas yang harus dimulai di pagi hari, tapi terkadang kami baru memulai aktivitas setelah matahari terbenam jika ada jadwal di malam hari,” kata Jun Hyung.
“Apa yang membuat kami terus berjuang meski ada jadwal melelahkan adalah semua waktu serta perjuangan yang kami lakukan untuk bisa sampai di sini,” jelas Gi Kwang. “Dengan mempertimbangkan apa saja yang telah kami lalui, kami tak bisa menyerah begitu saja,” lanjutnya.
Kekurangan tidur merupakan masalah berikutnya. Para personel boyband populer MBLAQ pernah bertutur dalam sebuah wawancara mengenai hal tersulit dari jadwal padat mereka adalah berkurangnya waktu tidur. Grup beranggotakan lima cowok itu menjadi sorotan bahkan sebelum resmi debut Oktober tahun lalu karena mereka dilatih oleh bintang pop papan atas Korea, Rain.
Dalam sebuah wawancara, personel girlband T-ara yang debut April tahun lalu dengan lagu hit Bo Peep Bo Peep, juga berbicara terus terang mengenai kesulitan mereka mengatasi keinginan tidur dari suatu jadwal yang padat. Selain menyanyi, T-ara juga sibuk dengan aktivitas yang di antaranya adalah sebuah proyek mall online bernama ‘T-ara dot-com’, belum lagi jadwal individual seperti Eun Jung dan Ji Yeon yang juga sibuk berkarir akting.

Akting Jadi Rujukan Karir Selanjutnya

Walau dirundung semua permasalahan diatas, banyak idola yang mengungkapkan ingin terus berkiprah di industri hiburan setidaknya sampai 10 tahun mendatang.
“Saya membayangkan diriku sendiri menjalani hidup sebagai seorang penyanyi sekaligus aktris serta terlibat dalam bisnis yang ada hubungannya dengan fashion dan kecantikan,” ucap So Yeon, satu personel T-ara (24 tahun).
Eun Jung (23), sang leader T-ara adalah mantan aktor cilik, dia setuju dengan pendapat temannya itu. “Saya terpikir untuk terus melanjutkan karir akting, saya juga tertarik bidang produksi (film/serial),” katanya.
Seperti yang diindikasikan jawaban-jawaban dua personel T-ara diatas, seperti menjadi hal yang wajib bagi para idola muda saat ini untuk jadi bintang film dan televisi. Mereka berkeinginan beralih profesi menjadi produser yang kemudian mengorbitkan bintang-bintang masa depan.
Selain sebagai bintang film dan televisi, panggung teater musik juga menjadi rujukan lain bagi para idola Kpop. Beberapa bintang idola banyak yang mulai merambah panggung teater musik. Ock Ju Hyun dari girlband Fin K.L. pernah tampil dalam pertunjukan musikal Aida, Cats dan Chicago, sementara Choi Sung Hee, yang juga dikenal sebagai Bada, dari girlband S.E.S. pernah main di Notre Dame de Paris. Xiah Junsu TVXQ bermain dalam Mozart, Jessica Girls’ Generation bermain dalam Legally Blonde, dan yang tersukses adalah T.O.P Big Bang tampil dalam 2 proyek prestisius yakni serial IRIS dan film 71: Into The Gunfire.



take credits : asianfansclub dan yeppopo :)

enjoy it :)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar